Posted: 16 Sep 2010 05:34 PM PDT
Ilustrasi:   Sebetulnya dalam kehidupan  sehari-hari, tanpa sadar kita  telah   mengalami hipnosis. Tepatnya kita  telah tanpa sadar terhipnosis  oleh   sesuatu peristiwa atau situasi  yang kita hadapi. (foto: Google)
Kejahatan dengan cara menghipnotis  korbannya  makin  merajalela, apalagi  pada saat meningkatnya arus mudik  seperti  minggu  ini. Harta yang menjadi  sasaran terutama uang tunai di  tangan  korban,  telepon seluler,  perhiasan, bahkan sepeda motor. Selalu   bersikap  waspada dan meningkatkan  konsentrasi bisa menjadi cara ampuh    menghadang hipnotis.
Sebenarnya hipnoterapi merupakan  bagian   dari ilmu psikologi. Di sejumlah  negara, praktik hipnoterapi  ini sudah   diakui oleh profesi kedokteran.  Pada intinya metode ini  sangat   bermanfaat untuk membantu mencari akar  masalah hingga jauh ke  bawah   sadar untuk kemudian memperbaikinya.
Hipnotis  pada dasarnya  adalah memasukkan  beberapa sugesti ke dalam  pikiran  orang sehingga  pikiran yang lama  terbuang. Sugesti itu  dimasukkan  dengan perkataan  yang monoton,  menghitung mundur atau  menggerakkan  bandul di depan  subyek. Dalam  masyarakat kita ada beberapa  orang yang  tergolong sebagai  orang yang  gampang tersugesti. Orang  seperti inilah  yang gampang  terhipnotis.
Menurut psikolog Irna   Minauli, MPsi,  seseorang yang  dalam kondisi lengah, banyak pikiran, dan   tidak fokus  terhadap sesuatu  yang sedang dikerjakan, sangat mudah  untuk  menjadi  korban pelaku  hipnotis. Terlebih, jika seseorang itu  memiliki  sikap  yang penurut,  tidak kritis, dan mudah dipengaruhi akan  memudahkan   pelaku untuk  menggiring pikiran korban kejahatan itu agar  menuruti   segala yang  perintah.    "Pastinya saat daya konsentrasi  sudah menurun  sampai 75  persen maka  besar peluang untuk dihipnotis,"  kata Dekan  Fakultas  Psikologi  Universitas Medan Area itu. Untuk  mencegahnya, ia  menyarankan  agar kita  selalu waspada terhadap orang  asing serta  menghindari  pikiran yang  kosong. Kegiatan zikir, membaca  buku, atau  kegiatan lain  yang sifatnya  mengisi pikiran bisa dilakukan  untuk  mencegah hipnotis.
Selain   itu, masyarakat perlu  waspada bila  seseorang yang tidak dikenal  menyapa  dengan ramah dan  lemah lembut.  Terlebih bila sapaan-sapaan yang   dilontarkan dilanjutkan  dengan  mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang   membutuhkan jawaban  "ya".  "Kalau pelaku bertanya dan kita selalu   menjawab ’ya’ sebanyak  tiga  kali maka mudah untuk memberi perintah   selanjutnya," katanya  seperti  diberitakan oleh Antara
Sebetulnya   dalam  kehidupan sehari-hari,  tanpa sadar kita telah mengalami hipnosis.    Tepatnya kita telah tanpa  sadar terhipnosis oleh sesuatu peristiwa  atau   situasi yang kita  hadapi.
"Padahal yang paling  berbahaya  itu  adalah  hipnosis yang tidak disadari sebagai hipnosis,"  ujar  Ariesandi   Setyono, pendiri Akademi Hipnosis Indonesia. Contoh  fenomena  orang  yang  mengalami hipnosis tanpa disadari, menurut  Ariesandi, adalah   sebagai  berikut:
* Menonton acara  di televisi hingga  terlarut,  lalu tanpa  sadar telah ikut menangis,  ikut marah, ikut  membenci, ikut  jengkel,  atau ikut tertawa.
*  Mendapatkan luka gores yang tidak   disadari,  dan baru terasa ketika  sedang bersantai.
* Ketika  mencari sesuatu  barang  tidak bisa  melihat atau menemukannya, padahal  barang tersebut   jelas-jelas ada  dalam pandangan matanya (negative  visual halusination).
*   Timbul air liur saat membayangkan atau   mendengar orang bercerita   mengenai asamnya jeruk nipis.
* Selalu  berbuat  kesalahan ketika  bertemu  dengan persoalan tertentu.
*   Selalu timbul rasa marah,  jengkel, dan  benci saat mengingat seseorang.
*   Mimpi yang  dirasakan seolah benar-benar  terjadi.
*  Timbul  perasaan sedih  atau sangat  sentimentil ketika mendengarkan  lagu-lagu  tertentu.
*  Dan lain-lain dan sebagainya.
Lantas  apa  bahayanya dengan  hipnosis yang  tidak disadari sebagai hipnosis  itu?  Menurut guru  hipnoterapi yang  banyak menulis buku-buku laris  tentang  meraih sukses  ini, contohnya  adalah bahwa orang-orang yang  suka  menonton sinetron akan  mengalami  nasib yang sama dengan  lakon-lakon  yang ditontonnya.
Mengapa  demikian?  Karena mereka menyerap  nilai  nilai yang sama dengan yang  ditampilkan  dalam sinetron itu.
 

 
