Posted: 15 Sep 2010 04:05 PM PDT
Perempuan  di zaman ini  mengalami pubertas  yang jauh lebih awal dari masa  sebelumnya. Di  Amerika Serikat misalnya,  menurut satu penelitian  terbaru, lebih dari  10 persen perempuan di  negeri itu sudah mengalami  pertumbuhan dada  pada usia 7 tahun.
Menurut penelitian yang   dipublikasikan "Psychological Science",  jurnal Association  for Psychological Science,  perempuan yang secara  fisik tumbuh dewasa  lebih dini, menunjukkan  kecenderungan berkencan  lebih awal, melakukan  hubungan seksual di usia  yang lebih muda, dan  memiliki lebih banyak  mitra seks ketimbang  perempuan di masanya.
Oleh  karena itu, kemungkinan   mereka tertular penyakit menular seksual  sangatlah tinggi, demikian   pula kemungkinan melahirkan di usia remaja.
Jay Belsky dari Birkbeck University  di London,  Inggris, menilai kabar ini mungkin buruk  bagi  sebagian orang, tapi dia  justru melihat fenomema itu alamiah dan   masuk akal dari perspektif  evolusi biologis.
Ini  mengantarkan manusia   sekaranga pada harapan bahwa tumbuh besar dalam  risiko dan lingkungan   yang labil, telah mempercepat pendewasaan  (pubertas) sehingga   meningkatkan kemungkinan seseorang bereproduksi  sebelum mereka mati.
Untuk  menguji hubungan antara   risiko, lingkungan labil seperti tercermin  dalam ikatan ibu dan bayi   yang tidak aman (kurang kasih sayang), dan  pubertas dini, Belsky dan   koleganya menggunakan data 373 perempuan kulit  putih.
Data diambil dari penelitian   mengenai perkembangan dini anak-anak yang disokong National Institute of   Child Health and Human  Development.
Perempuan  yang diteliti,   dipantau sejak lahir sampai usia 15 tahun. Di umur 15  bulan, keamanan   ikatan anak dengan ibu dievaluasi menggunakan prosedur  standar yang   melibatkan penyapihan dan pertemuan kembali bayi dengan ibu  dalam satu   laboratorium.
Para  bayi yang tersenyum,   bersuara, mengulurkan tangan, atau sebaliknya  menunjukkan reaksi   positif saat ibu mereka kembali dianggap aman,  sebaliknya mereka yang   menghindari ibu selama masa penyapihan atau tidak  terhibur dengan   kembalinya sang ibu, maka bayi-bayi perempuan itu  dianggap tidak aman.
Perkembangan pubertas dievaluasi   dengan uji fisik setiap tahun oleh perawat atau dokter sejak perempuan   berusia 9,5 tahun.
Namun  risiko dan lingkungan awal yang   labil seperti tercermin dalam ikatan  keluarga yang rapuh, bukan   satu-satunya alasan mengapa perempuan lebih  cepat dewasa. Itu sebagian   juga karena ada faktor genetik.
Selain  itu, faktor kimiawi   mungkin juga berpengaruh, demikian pula perbaikan  gizi yang dianggap   menjadi pemicu kecenderungan 150 tahun terakhir yang  menyebabkan   perempuan lebih cepat dewasa.
Hasil  penelitian menemukan   bahwa perempuan yang tidak aman (kurang kasih  sayang) sewaktu bayi   mengalami perkembangan pubertas lebih awal  dibandingkan anak seusianya,   kira-kira dua atau empat bulan lebih cepat  dibandingkan perempuan  yang  masa bayinya aman.
Anak-anak  perempuan in juga   mengakhiri perkembangan pubertas dan mengalami  menstruasi lebih awal   ketimbang perempuan yang aman waktu bayi.
Belsky mengatakan,lingkungan   tempat dibesarkan dan kedekatan hubungan bayi-ibu sangat berpengaruh dan   tidak boleh diabaikan.
"Dari   perspektif biologi evolusioner itu  menunjukkan hal-hal yang paling   dipedulikan alam adalah penyebaran gen  untuk generasi kemudian," kata   Belsky seperti dikutip ScienceDaily.
Dia  mengungkapkan fenomena itu   meyakinkannya bahwa manusia menjadi lebih  mudah berketurunan karena   masa dewasa atau masa pubertas menjadi lebih  dini sehingga manusia bisa   kawin lebih awal.
 


 
